PENGANTAR
Fisiologi Olahraga merupakan cabang ilmu fisiologi yang mempelajari
perubahan fisiologis di tubuh pada saat seseorang berolahraga. Dengan
mengetahui perubahan yang terjadi di tubuh, seseorang dapat merancang
suatu program olahraga untuk mendapatkan perubahan optimal sesuai dengan
yang diharapkan. Kesehatan Olahraga pada dasarnya mengkaji hubungan
timbal balik antara Kesehatan dan Olahraga. Sasaran utamanya adalah
bagaimana kesehatan mendukung prestasi olahraga, dan bagaimana olahraga
mendukung derajad kesehatan seseorang. Sistim Kesehatan Nasional yang
dianut di Indonesia pada hakekatnya adalah pencerminan upaya meningkatkan
kemampuan setiap individu dan segenap masyarakat dalam memecahkan
sendiri masalah kesehatannya menuju peningkatan derajad kesehatan
tertentu. Peningkatan kemampuan ini merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional karena keterkaitan dan ketergantungannya pada
sektor-sektor lain dari pembangunan. Peran serta sektor lain dan masyarakat
sangat diperlukan dalam upaya melembagakan norma hidup sehat, agar
kemampuan berperilaku hidup sehat bagi setiap insan Indonesia, setiap
keluarga, dan seluruh masyarakat Indonesia menjadi meningkat.
Upaya peningkatan kesehatan sesungguhnya dapat dilakukan oleh
setiap orang melalui kegiatan sederhana dan murah. Disamping pengaturan
makan, penggunaan olahraga merupakan usaha sederhana dan murah untuk
meningkatkan kesehatan asalkan disertai pengetahuan dan pengertian
tentang kesehatan olahraga yang benar. Kemampuan swalayan husada dalam
keluarga perlu dipupuk dan dibina sejak usia dini, sehingga dapat terhindar
dari gangguan kesehatan yang dapat melemahkan ketahanan Sumber Daya
Manusia bagi pembangunan.
Keadaan masyarakat sehat tidak akan tercapai hanya dengan
mengalirkan lebih banyak dana untuk usaha penyembuhan. Setiap perbaikan
dalam struktur sosial serta pola tingkah laku pribadi jauh lebih ampuh untuk
mengurangi beban penyakit. Olahraga berperan besar dalam mengubah pola
tingkah laku tersebut. Era push botton (tinggal pijit) sebagai hasil kemajuan
teknologi akan mengurangi aktivitas fisik seseorang dan pada gilirannya akan
meningkatkan jumlah penyakit hipokinetik. Keadaan nutrisi yang berlebih akan
membuat degenerasi pembuluh darah, dan menambah insiden kegemukan dengan segala akibatnya. Kehidupan yang penuh ketegangan dan persaingan
akan meningkatkan penyakit jantung koroner, gastritis, dan penyakit
psikosomatis yang lain. Apabila kita memandang upaya kesehatan dari jenis
tindakan, maka bisa dibagi menjadi upaya promotif (peningkatan), preventif
(pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitatif (pemulihan).
Guru olahraga dengan segala kelebihannya dapat menjadi "agentofchange" bagi masyarakat sehat dan berprestasi dengan jalan mengolahragakan anak didik sejak dini. Usaha mengolahragakan ini tidak
hanya bertujuan untuk sehat namun juga bertujuan untuk mempersiapkan
prestasi anak di bidang olahraga. Peran yang sangat mulia untuk membentuk
sumber daya manusia masa depan baik dari segi fisik, mental, maupun sosial.
PERUBAHAN TUBUH AKIBAT OLAHRAGA.
Dengan berolahraga akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh
menurut jenis, lama, dan intensitas latihan yang dilakukan. Secara umum
olahraga yang dilakukan secara teratur dengan takaran yang cukup akan
menyebabkan perubahan sebagai berikut:
1. Perubahan pada Jantung
Jantung akan bertambah besar dan kuat sehingga daya tampung besar dan
denyutan kuat. Kedua hal ini akan meningkatkan efisiensi kerja jantung.
Dengan efisiensi kerja yang tinggi, jantung tak perlu berdenyut terlalu
sering. Pada orang yang tidak melakukan olahraga, denyut jantung rata-
rata 80 kali per menit, sedang pada orang yang melakukan olahraga
teratur, denyut jantung rata-rata 60 kali per menit. Dengan demikian
dalam satu menit dihemat 20 denyutan, dalam satu jam 1200 denyutan,
dan dalam satu hari 28.800 denyutan. Penghematan tersebut menjadikan
jantung awet, dan boleh diharap hidup lebih lama dengan tingkat
produktivitas yang tinggi (Strauss, 1979).
2. Perubahan pada Pembuluh darah
Elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena berkurangnya
timbunan lemak dan penambahan kontraksi otot dinding pembuluh darah.
Elastisitas pembuluh darah yang tinggi akan memperlancar jalannya darah
dan mencegah timbulnya hipertensi. Disamping elastisitas pembuluh darah
yang meningkat, pembuluh-pembuluh darah kecil (kapiler) akan bertambah
padat pula. Penyakit jantung koroner dapat diatasi dan dicegah dengan
mekanisme perubahan ini. Kelancaran aliran darah juga akan mempercepat
pembuangan zat-zat lelah sebagai sisa pembakaran sehingga bisa
diharapkan pemulihan kelelahan yang cepat (Soekarman, 1987).
3. Perubahan pada Paru
Elastisitas paru akan bertambah sehingga kemampuan berkembang
kempis juga akan bertambah. Selain itu jumlah alveoli yang aktif (terbuka)
akan bertambah dengan olahraga teratur. Kedua hal diatas akan
menyebabkan kapasitas penampungan dan penyaluran oksigen ke darah
akan bertambah. Pernafasan bertambah dalam dengan frekuensi yang
lebih kecil. Bersamaan dengan perubahan pada jantung dan pembuluh
darah, ketiganya bertanggung jawab untuk penundaan kelelahan (McArdle,
1986).
4. Perubahan pada Otot
Kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot akan bertambah. Hal ini
disebabkan oleh bertambah besarnya serabut otot dan meningkatnya
sistim penyediaan energi di otot. Lebih dari itu perubahan pada otot ini
akan mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam
banyak hal kecelakaan dapat dihindari (Brooks, 1984).
5. Perubahan pada Tulang
Penambahan aktivitas enzim pada tulang akan meningkatkan kepadatan,
kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah pengeroposan tulang.
Permukaan tulang juga akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot
yang terus menerus (Fox, 1988).
6. Perubahan pada Ligamentum dan Tendo
Kekuatan ligamentum dan tendo akan bertambah, demikian juga dengan
perlekatan tendo pada tulang. Keadaan ini akan membuat ligamentum dan
tendo mampu menahan beban berat dan tidak mudah cedera (Teitz, 1989).
7. Perubahan pada Persendian dan Tulang rawan
Latihan teratur dapat menyebabkan bertambah tebalnya tulang rawan di
persendian sehingga dapat menjadi peredam (shock absorber) dan
melindungi tulang serta sendi dari bahaya cedera (Wilmore, 1981).
8. Perubahan pada Aklimatisasi terhadap Panas Aklimatisasi terhadap panas melibatkan penyesuaian faali yang memungkinkan seseorang tahan bekerja di tempat panas.
Kenaikan
aklimatisasi terhadap panas disebabkan karena pada waktu melakukan
olahraga terjadi pula kenaikan panas pada badan dan kulit. Keadaan yang
sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat panas (Fox, 1984).
PRINSIP LATIHAN OLAHRAGA
Rancangan olahraga harus mengikuti prinsip latihan yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli, dan secara ringkas dapat diurai menjadi:
1. Prinsip Beban Berlebih (Overload)
Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk berkontraksi maksimal,
sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan mengembangkan
kekuatan dan daya tahan. Dengan pemulihan yang baik, tubuh akan kembali
pada kondisi kebugaran yang lebih tinggi dari pada sebelum latihan.
2. Prinsip Tahanan Progresif
Semakin maju, beban semakin ditingkatkan. Dengan cara ini otot selalu
bekerja pada daerah beban berlebih (overload zone). Setiap program
latihan kebugaran dan kondisioning akan sangat efektif apabila secara
rutin latihan bertambah berat untuk setiap minggu atau dua minggu.
Prinsip ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh akan selalu beradaptasi
dengan keadaan atau stres yang baru (Hairy, 1989).
3. Prinsip Susunan Latihan
Kelompok otot yang lebih besar harus dilatih sebelum kelompok otot yang
lebih kecil. Otot yang lebih kecil cenderung lebih cepat lelah, sehingga
untuk menjamin terjadinya beban berlebih pada otot besar, otot tersebut
harus dilatih sebelum otot yang lebih kecil lelah. Sebagai contoh: otot
kaki dan panggul harus dilatih sebelum otot lengan. Untuk menjamin waktu
pemulihan, tidak boleh ada latihan berurutan yang melibatkan kelompok
otot yang sama (Fox, 1984).
4. Prinsip Spesifitas
Teori SAID (Specific Adaptation to Improve Demand) dari O'Shea
mengatakan bahwa tubuh hanya beradaptasi secara khusus terhadap
beban yang diberikan. Dengan demikian beban latihan harus disesuaikan
dengan tujuan (O'Shea, 1976).
5. Prinsip Latihan Beraturan
Untuk memberi adaptasi pada tubuh, harus dilakukan latihan yang teratur.
6. Prinsip Kembali Asal
Efek latihan akan hilang jika latihan tidak teratur atau bahkan berhenti.
Daya tahan aerobik akan menurun setelah satu minggu tidak latihan,
sedangkan kekuatan otot akan menurun setelah satu bulan tidak latihan.
7. Prinsip individualitas
Pada dasarnya beban latihan harus diberikan sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan seseorang. Dengan demikian melakukan pemeriksaan dan
pengukuran awal merupakan hal yang mutlak.
8. Prinsip Beragam
Kebosanan dalam berlatih merupakan fenomena yang paling sering
dikeluhkan oleh pelaku olahraga. Perlu dilakukan variasi dalam latihan baik
jenis, metoda maupun suasana berlatih. Musik dapat membuat suasana
latihan menyenangkan.
Hal-hal yang sering terjadi pada saat latihan
Apabila pada saat latihan denyut jantung mendadak naik atau mendadak
turun, berarti latihan yang dilakukan melampaui takaran, kurangilah
intensitasnya. Demikian pula apabila timbul rasa nyeri di dada. Apabila ada
rasa pusing, kepala terasa ringan dan keluar keringat dingin, itu pertanda
otak kurang mendapat cukup darah. Tetaplah bergerak dengan intensitas
yang lebih rendah (Teitz, 1989). Apabila sehari setelah latihan masih ada
rasa capai yang sangat, berarti latihannya terlalu keras, kurangi intensitas
latihan berikutnya. Demikian pula apabila malam setelah latihan menjadi sulit
tidur. Apabila pada menit-menit pertama menjalankan latihan terasa sesak
nafas, maka tambahlah pemanasan pada latihan berikutnya. Jangan lupa untuk
tetap minum, baik sebelum, selama maupun sesudah latihan (McArdle, 1986).
Ada baiknya diingat kembali delapan pesan kepada orang tua sewaktu
diselenggarakan Kursus Kesehatan Olahraga pada tahun 1974 di Jakarta.
1. Kegiatan olahraga memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
menjamin "a healthy way of life".
2. Kegiatan olahraga berpengaruh baik terhadap tabiat dan kepribadian
anak, antara lain: meningkatkan kepercayaan terhadap diri sendiri,
disiplin, will-power, keberanian dan lain-lain.
3. Kegiatan olahraga dapat mengembangkan kualitas fisik, seperti: kekuatan,
skill, kecepatan dan daya tahan.
4. Kegiatan olahraga dapat memberi kepuasan terhadap keinginan anak untuk
bergerak dan bermain, menciptakan suasana gembira, meningkatkan
kemampuan dan kesegaran fisik serta membangkitkan hasrat yang besar
untuk tetap melakukan kegiatan olahraga.
5. Kegiatan olahraga dapat menciptakan keseimbangan yang serasi antara
jasmani dan rohani. Hal ini memberikan efek yang sangat baik terhadap
pendidikan anak di sekolah.
6. Kegiatan olahraga akan mendorong dan memupuk kerjasama dalam
kelompok, bahkan juga dapat dan mau menghargai orang lain.
7. Kegiatan olahraga dapat mendorong anak untuk memanfaatkan waktu
senggang dengan kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan fisik
dengan latihan olahraga.
8. Kegiatan olahraga dapat membantu mengembangkan motor ability,
sehingga pelatih akan lebih mudah membimbing anak menjadi olahragawan
yang baik dan berprestasi
TUGAS PELATIH
Tugas dari para pelatih adalah mengembangkan bakat yang dipunyai
anak dan menimbulkan kegairahannya untuk berlatih tanpa merugikan
kesehatannya. Yang penting diperhatikan oleh pelatih dalam hal ini adalah
jangan sampai terjadi overtraining.
Gejala dan tanda overtraining adalah:
1. Lekas tersinggung
2.Muka muram
3.Tidak bergairah dalam latihan
4.Tekanan darah lebih tinggi dari biasa
5.Nadi istirahat lebih cepat dari biasa
6.Suhu sedikit meninggi (mriang)
7.Pembengkakan pada beberapa kelenjar.
Disamping overtraining, hal lain yang perlu diwaspadai adalah cedera. Cedera
yang paling sering terjadi adalah cedera otot dan sendi. Sendi yang paling
sering cedera adalah sendi lutut dan bahu.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa TO, 1983; Theory and Methodology of Training; Kendall/Hunt
Publishing Company, Iowa
Brooks GA, Fahey TD (1984); Exercise Physiology; John Wiley and Sons
Toronto, USA
Fox EL (1984); Sport Physiology; Tokyo: Saunders College Publishing
Company
Fox EL, Bowers RW, Foss ML (1988): The Physiological Basis of Physical
Education and Athletics; USA: W.B Saunders Company
Hairy J, 1989; Fisiologi Olahraga Jilid I; Depdikbud, Dirjen Dikti, Jakarta
McArdle, Katch FI, Katch VL (1986); Exercise Physiology; USA: Lea and
Febiger
O'Shea JP, 1976; Scientific Principal and Methods of Strength Fitness,
Addison - Wisley
Publishing Company, California
Soekarman (1987); Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet;
Jakarta: KPT Inti Idayu Press
Strauss RH, 1979; Sports Medicine and Fisiology; WB Saunders Company,
Philadelphia
Teitz CC (1989); Scientific Foundation of Sports Medicine; Toronto
Philadelphia: BC Decker
Wilmore JH (1981); The Wilmore Fitness Program; California: Simon and
Schuster