Konsepsi Kurikulum dan Penjelasannya


Oleh karena konsep tentang fungsi pendidikan itu bermacam-macam, maka konsep kurikulum pun bermacam-macam pula. McNeil (1981), mengkategorikan konsep kurikulum ini ke dalam empat macam, yaitu: (1) konsep kurikulum Subjek Akademik, (2) konsep kurikulum Humanistik, (3) konsep kurikulum Rekonstruksi sosial, (4) konsep kurikulum Teknologis (kompetensi).
        1. Konsep Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum ini merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama dulu berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Penyusunannya relatif mudah, praktis, dan mudah digabungkan dengan model konsep yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenialisme (Kurikulum berfokus pada pengembangan diri) dan esensialisme (Kurikulum befokus pada keterampilan penting), yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditentukan oleh pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan, belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagaian besar pendidikan yang diberikan oleh guru. Jadi seorang guru harus berhati-hati dalam bertindak dan harus menjadi teladan bagi murid-muridnya, karena ucapan dan tindakan guru akan dicontoh oleh murid-muridnya sebagai mana dalam pepatah jawa bahwa guru adalah digugu dan ditiru.
Konsep kurikulum akademis meahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran. Bahan-bahan mata pelajaran yang menjadi kurikulum diseleksi dari disiplin-disiplin ilmu terkait yang dipandang dapat mengembangkan melakukan proses kognitif. Bentuk lain dari kurikulum yang lahir berdasarkan konsep kurikulum akademis adalah kurikulum inti atau core curriculum. Kurikulum ini berisi mata pelajarandan bahan pelajaran yang berdifat fundamental, dan dianggap paling penting untuk dikuasai oleh setiap siswa.
Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsep kurikulum subjekakademik memiliki karatristik tertentu, antara lain11:
      1. Tujuan, yaitu mengembangkan kemampuan intelektual anak melalui penguasaan disiplin ilmu. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas. Sekolah harus memberikan kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka menguasai warisan budaya.
      2. Isi atau materi, yaitu mengambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah disusun oleh para ahli kemudian diorganisasikan sesuai kebutuhan pendidikan. Pola organisasi materi yang digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah: (1) Correlatet curriculum adalah konsep yang dipelajari dalam satu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya, (2) Unifiet atau Concentrated curriculum adalah bahan pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu, (3) Integrated curriculum adalah bahan ajar yang diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan datau segi kehidupan tertentu, (4) Problem solving curriculum adalah topik pemecahan masalah sosial dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran aatu disiplin ilmu.
      3. Metode, metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah metode eksposotori danm inkuiri.
      4. Evaluasi, yaitu menggunakan jenis dan bentuk evaluasi yang bervariasi.
Konsep kurikulum ini mendapat kritikan tajam dari berbagai aliran pendidikan yang lain. Kritikan tersebut sekaligus menunjukkan kelamahan konsep kurikulum ini, yaitu (a) terlalu menonjokan domain kognitif-akademis sehingga domain afektif, psikomotor, sosial, emosional menjadi terabaikan, (b) konsep yang dikembangkan para ahli belum tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, (c) tidak semua peserta didik dapat memahami dan menggunakan metode ilmiah, (d) tidak semua anak anak menjadi ilmuwan profesional, (e) guru tidak atau jarang terlibat dalam penelitian.
        1. Konsep Kurikulum Humanistik
Konsep kurikulum ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Mewey dan J.J. Rousseau, yang lebih menekankan pada pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang antara perkembangan segi intelektual, afektif, dan psikomotor. Kurikulum ini menekankan pengembangan dan kemampuan dengan memperhatikan minat dan kebutuhan peseta didik dan pembelajarannya berpusat pada peserta didik. Pembelajaran segi-segi sosial, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum ini. Mereka percaya bahea siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanistic juga berpegang pada konsep Psoikologi Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai dll). Dalam hal ini ada beberapa aliran dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal dan mistikisme modern.
Kurikulum humanistic bersifat child-cebtred (berpisat pada anak didik) yang menekankan ekspresi diri decara kreatif individualis, dan aktivitas pertumbuhan dari dalam, bebas paksaan dari luar. Menurut Mc.Neil ciri-ciri kurikulum humanistic adalah:
  1. Partisipasi, artinya peserta didik terlibat secara aktif merundingkan apa yang akan dipelajari.
  2. Integrasi, artinya ada interpenetrasi dan integrasi antara pikiran, perasaan dan tindakan (kognitif, efektif, dan psikomotor).
  3. Relevansi, artinya terdapat kesesuaian antara materi pelajaran dan kebutuhan poko serta kehidupan anak ditinjau dari segi emosi dan intelektual.
  4. Diri anak, merupakan sasaran utama yang harus dipelajari agar anak mengenal dirinya.
  5. Tujuan, yaitu mengembangkan diri anak sebagai suatu keseluruhann (Pribadi yang utuh) dalam masyarakat.
Sedangkan ditinjau dari kerangka dasar kurikum, konsep kurikulum humanistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan pribadi yang utuh dan dinamis.
  2. Materi, yaitu menyediakan pengalaman yang berharga bagi setiap anak yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadinya secara utuh, membantu anak menemukan dan mengaktualisasikan diri, yang berkenaan dengan intelektual, emosional maupun performance.
  3. Proses, yaitu terbangunnya emosional yang kondisuf antara guru dan siswa.
  4. Evaluasi, yaitu lebih mengutamakan proses daripada hasil, karena itu sifatnya dubjektif, baik dari guru maupun siswa.
        1. Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Konsep kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat, kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, tetapi merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentuan masyarakat yang kebih baik. Sekolah bukan hanya dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki desain kurikulum yang berbeda dengan model kurikulum lain, beberapa ciri dari kurikulum ini adalah:
  1. Asumsi, tujuan utama dari kurikulum ini adalah menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
  2. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial mendesak.
  3. Pola-pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda, di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dibentuk berbeda, diantaranya sebagai berikut:
  1. Tujuan dan Isi kurikulum, setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda disesuaikan dengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
  2. Metode, dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik.
  3. Evaluasi, dalam kegiatan evaluasi para peserta didik juga dilebatkan, keterlibatan para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.
        1. Konsep kurikulum Teknologis (kompetensi)
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Perkembangan tehnologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu tehnologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah tehnologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, sabak dan grib, dan lain-lain. Dewasa ini sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah tehnologi maju, seperti audio dan video cassette, overhead projektor, film slide dan motion film, mesin pembelajar, computer, CD-Room, and internet.
Ada beberapa ciri dari kurikulum kompetensi yang dikembangkan dari konsep tehnologi pendidikan, yaitu:
  1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kemampuan akademik, kemampuan vokasional, atau kemampuan pribadi yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi.
  2. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan, respons tersebut diperkuat.
  3. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci bagian-bagian atau sub kompetensi yang lebih kecil, yang menggambarkan obyektif.
  4. Evaluasi dilaksanakan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu unit, ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah; sebagai umpan balik bagi peserta didik dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama